Friday, August 15, 2014

Evan Dimas dkk., Ingat Kalian Belum Menjadi Apa-apa


Foto : Kompas Images/Kristianto Purnomo

Oleh : Widyastuti Dhelan

Semua orang saat ini kecewa dengan hasil yang dicapai oleh Timnas U-19 di Turnamen HBT 2014 terutama saat kalah oleh Brunei dan Vietnam masing-masing dengan skor 1-3. Hampir semua orang juga menulis untuk mengungkapkan rasa kecewa tersebut. Ada yang tetap mendukung agar move on namun ada juga yang mengkritik bahkan menghujat dengan bahasa yang “sopan”. Jika melihat fenomena ini hampir dipastikan bahwa semua orang yang kecewa tersebut benar-benar sudah menunjukkan kecintaan mereka terhadap Timnas U-19. Bagaimana tidak, setiap kiprah yang dilakukan oleh Timnas U-19 selalu diikuti, dibahas, diulas, dikritik dan dihujat atau dipuji setinggi langit kalau hasil yang dicapai menang dalam pertandingan.

Masyarakat sepak bola kita sudah terlalu cinta terhadap Timnas U-19 ini sehingga harapan tinggi mereka sudah menjadi beban tersendiri bagi para Pemain dan Pelatih Timnas U-19. Selama ini masyarakat yang menonton tayangan langsung Tur Nusantara selalu memuji dan menyanjung para Pemain sebagai Bintang Masa Depan. Namun pada saat mereka kalah dari Vietnam khususnya banyak di antara mereka yang berbalik mencibir. Mungkin ini hal yang wajar saja mudah-mudahan para Pemain bisa menganbil sisi positifnya.

Berbicara tentang sorotan masyarakat sepak bola terhadap Timnas U-19 coba simak hal menarik yang dikemukakan oleh Ferril Raymond Hattu, Mantan Kapten Kesebelasan Timnas Indonesia saat menjuarai Sea Games 1991 di Filipina.
Ferril berpendapat, dia lebih memilih Timnas U-19 untuk diberikan pemusatan jangka pendek secara tertutup tanpa ada tur panjang keliling Indonesia. Disiarkannya laga-laga Timnas U-19 pun disebutnya hanya ajang cari duit dari PSSI.

“Kalau kita punya target, tidak boleh dipentas-pentaskan begitu, ada tahapan yang harus dilalui. Mereka ini jadi jenuh karena tur-tur terus. Main di mana, dielu-elukan, bangga. Main di mana, dielu-elukan, bangga. Seolah-olah sudah jadi juara dunia.” Demikian yang dikemukakannya kepada sebuah media online (detik.com).

Benar juga efek dari Tur Nusantara tersebut membuat Pemain lupa diri. Termasuk media yang sering juga menyanjung mereka sebagai para pemain nasional masa depan. Hal ini juga wajar mengingat usia mereka relatif masih muda. Jika mereka saat ini merasa menjadi “bintang sepak bola masa depan” maka itu wajar-wajar saja karena masyarakat kita yang memperlakukan mereka seperti itu. Seharusnya masyarakat dan media segera sadar dan menghentikan sanjungan berlebihan tersebut. Kritiklah secara membangun dan pujilah tidak secara berlebihan. Mereka masih harus berjuang untuk mewujudkan impian merebut tiket ke Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru.

Evan Dimas dkk kembalilah kalian menginjak bumi. Ingatlah kalian belum menjadi siapa-siapa.Kalian belum menjadi apa-apa. Kalian belum membuktikan apa-apa. Tetaplah semangat untuk meraih tiket Piala Dunia U-20. Inilah target kalian dan fokus kesana. Dengan tekad dan semangat serta kerendahan hati kalian pasti meraih hasil terbaik di Piala Asia U19 Myanmar. Doa kami selalu.

No comments:

Post a Comment